Sabtu, 04 Desember 2010

materi BTA (Baca Tulis Al-quran) kelompok 5 (X-5)

CARA CERDAS HAFAL AL QUR’AN


Beberapa hal yang harus diperhatikan jika seseorang ingin bisa menghafal Al Qur’an:
1. Wajib mempelajari bahasa Arab
2. Memahami asbabun nuzul
3. Banyak mengkaji kitab-kitab tafsir
4. Mempelajari tafsir dari para ulama
5. Totalitas di dalam belajar dan mengamalkan Al Qur’an
a. Menjadikan Al Qur’an sebagai motivasi
b. Menerapkan ajaran Al Qur’an secara tepat dalam realitas kehidupan
c. Mengambil ilmu dari Al Qur’an dan mengamalkannya
d. Menyerahkan makna ayat-ayat mutasyabihat (samar) kepada Allah
Kaidah pokok dalam menghafal Al Qur’an:
1. Ikhlas
2. Tekad yang kuat dan bulat
3. Pahamilah besarnya nilai amalan Anda
4. Amalkan apa yang Anda hafalkan
5. Membentengi diri dari jerat-jerat dosa
6. Berdoalah
7. Pahamilah makna ayat yang benar
8. Menguasai ilmu tajwid
9. Sering mengulang-ulang bacaan
Selain dengan membaca berulang-ulang juga berusaha senantiasa membawa kaset yang berisi ayat-ayat Al Qur’an yang telah dihafal, dan mendengarkan siaran-siaran Al Qur’an secara rutin
10. Melakukan sholat secara khusyu dengan ayat-ayat (surat) yang telah dihafal

Kaidah pendukung dalam menghafal Al Qur’an:
1. Membuat perencanaan yang jelas
Masing-masing orang lebih mengerti kondisi pribadinya.
2. Bergabunglah dalam sebuah kelompok
3. Bawalah Al Qur’an kecil dalam saku Anda
4. Dengarkanlah bacaan imam sholat baik-baik
5. Mulailah dari juz-juz Al Qur’an yang mudah dihafal
6. Gunakanlah satu jenis mushaf Al Qur’an dalam menghafal, dan berusahalah membeli beberapa Al Qur’an yang sejenis dengan berbagai ukuran.
Disarankan untuk menggunakan mushaf madani (Madinah Al Munawaroh)
Dalam menghafal dapat menggunakan indera:
1. Penglihatan : dengan melihat 1 jenis mushaf
2. Pendengaran : dengan membaca Al Qur’an relative keras, kecuali jika di masjid, supaya masuk ke dalam otak melalui pendengaran
3. Penulisan: dengan menulis ayat-ayat yang sangat sulit dihafal
7. Jangan berpindah hafalan sebelum benar-benar hafal
8. Membagi-bagi surat yang panjang, setelah hafal kemudian hafalkan satu surat secara utuh
9. Memperhatikan ayat-ayat mutasyabihat
Dua hal penting yang harus diperhatikan:
a. Tidak boleh mengkaji ayat-ayat mutasyabihat kecuali hafalannya benar-benar sudah sempurna.
b. Terkadang, Anda mendapatkan kesulitan dalam mencari ayat-ayat mutasyabihat dalam Al Qur’an. Berkaitan dengan masalah ini, mungkin Anda bisa menggunakan salah satu perangkat pendukung di bawah ini:
1. Al Mu’jam Al Mufahras lil Qur’aanil Kariim
2. CD program Al Qur’an
3. Seorang yang hafal Al Qur’an
10. Perlombaan menghafal Al Qur’an Al Karim, tetapi harus menata niat hanya karena Allah

Kaidah-kaidah emas dalam menghafalkan Al Qur’anul Karim:
a. Hendaknya Anda membatasi porsi hafalan setiap harinya
b. Jangan menghafal melebihi batasan harian, sampai Anda dapat menghafalnya secara sempurna
c. Jangan beralih ke surat lain sebelum Anda benar-benar menghafalnya
d. Senantiasa memperdengarkan hafalan Anda
e. Manfaatkanlah usia emas dalam menghafal (5-23 tahun)
Selamat mencoba.
Semoga artikel ini membawa manfaat bagi kita semua. Amiin.



Muqaddimah
Segala puji milik Allah yang telah menjadikan bacaan al-Qur'an sebagai sarana beribadah dan peneguhan iman seorang hamba. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad shallahu 'alaihi wasallam. Waba'ad.

Latar belakang tulisan ini kita bahas karena rasa keprihatinan atas realita kaum muslimin yang terjatuh dalam kesalahan membaca al-Qur'an, terkhusus lagi adalah mereka-mereka yang telah Allah tuntun untuk mengenal manhaj yang lurus yaitu manhaj ahlussunnah waljama'ah. Tentunya kita sangat bersyukur kepada Allah atas bersemangatnya generasi muda kaum muslimin untuk kembali kepada Islam yang benar sesuai pemahaman para salaful ummah, namun sebagai individu yang kelak mendakwahkan dan mentarbiyah ummat ternyata masih banyak yang salah dalam membaca al-Qur'an. Hal ini sangat terlihat ketika kita mendengar lantunan ayat-ayat al-Qur'an yang mereka baca terutama dalam shalat, masih terdapat kesalahan-kesalahan yang terkadang tidak dapat ditolerir.

Padahal perintah untuk membaguskan bacaan al-Qur'an adalah wajib hukumnya sebagaimana firman Allah:
الَّذِينَ آَتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ...............
“Orang-orang yang telah kami (Allah) beri mereka al-kitab (al-Qur'an) lalu mereka membacanya dengan bacaan yang sebenar-benarnya….” (QS. al-Baqarah [2]: 121)
Berkata syaikh Muhammad Thalhah Bilal Manyar, tentang "haqqa tilaawatih" yaitu:
"membacanya secara tartil dan sesuai tajwid sebagaimana yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallahu 'alaihi wasallam" (Muqaddimah Ahkamu Qira'atil Qur'anil Karim, hal. 10)
وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا..............
“Dan bacalah al-Qur'an secara tartil……(QS. al-Muzammil [37]: 4)
Shahabat 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu menjelaskan makna tartil dalam ayat ini, yaitu: mentajwidkan (membaguskan bacaan) sesuai huruf-hurufnya dan mengetahui tempat-tempat waqaf (berhentinya).
Walaupun perkataan ini dikomentari oleh syaikh Mahmud Khalil al-Hushari al-Qari', bahwa beliau belum mendapati sanad secara pasti. (lihat di catatan kaki buku beliau, Ahkamu Qira'atil Qur'anil Karim, hal. 28).
Tentunya tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik, saran dan masukan tentu sangat kami harapkan guna melengkapi tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Kami memohon kepada Allah semoga tulisan ini sebagai pemberat timbangan kebaikan pada hari penghisaban kelak. Amiin.
A. Makna dan pembagian kesalahan
Para ulama tajwid secara umum telah mengistilahkan kesalahan dengan istilah "al-lahn" yang terdiri dari dua macam, yang tujuannya agar kita dapat menjadikannya sebagai ukuran untuk menggolongkan bentuk-bentuk kesalahan yang terjadi pada bacaan al-Qur'an masing-masing kita. Sebagaimana yang disebutkan oleh syaikh Mahmud Khalil al-Hushari al-Qari' dalam kitabnya Ahkamu Qira'atil Qur'anil Karim, hal. 34-35,
1. al-lahnul jali, adalah kesalahan pada bacaan lafadz-lafadz al-Qur'an yang menyalahi kaidah tajwid, bahasa Arab khususnya i'rab (perubahan harakat akhir), baik yang dapat mengubah arti atau tidak. Melakukan kesalahan ini dengan sengaja hukumnya haram. Seperti ('ain "ع" dibaca hamzah "ء", atau mengubah harakat)
contoh:
رَبِّ الْعَالَمِينَ ← رَبِّ الْآلَمِينَ
أَنْعَمْتَ ← أَنَعَمْتَ
Catatan: kata yang digarisbawahi adalah bentuk kesalahan dari bacaan yang benar.
2. al-lahnul khafi, adalah kesalahan bacaan lafadz-lafadz al-Qur'an yang menyalahi sebagian kaidah tajwid namun tidak menyalahi kaidah bahasa Arab, juga tidak mengubah harakat dan tidak pula mengubah arti, seperti kesalahan pada bacaan idzhar, ikhfa', iqlab, dan idgham. Melakukan kesalahan ini dengan sengaja hukumnya makruh.
A. Bentuk-bentuk kesalahan
Secara umum bentuk-bentuk kesalahan dapat diklasifikasikan dalam empat bentuk, yang dalam tulisan ini kita mencoba untuk merincikannya dan mengolongkan dalam dua kaidah kesalahan di atas,
a. Kesalahan pada makharijul huruf. Melakukan kesalahan dalam melafalkan huruf-huruf hijaiyah, seperti 'ain "ع" dibaca hamzah "ء" atau sebaliknya, demikian juga huruf-huruf yang lain. Kesalahan pada makharijul huruf ini tergolong dalam al-lahnul jali yang haram hukumnya bila disengaja dan terus-menerus dalam kesalahan yang sama. Maka perhatikanlah wahai para ikhwah maupun akhwat dan khususnya para imam-imam masjid! Sebagai contoh:
رَبِّ الْعَالَمِينَ ← رَبِّ الْآلَمِينَ
Catatan: bentuk kesalahannya adalah adanya perubahan bacaan pada huruf "ع" menjadi huruf "ء". Termasuk di sini adalah huruf bertasydid, contoh "rabbi" dibaca "rabi".
b. Kesalahan pada nada dengung (ghunnah) yang terdiri dari idzhar (halqi maupun syafawi), idgham, ikhfa' (haqiqi maupun syafawi), dan iqlab. Bentuk kesalahannya adalah tidak konsisten dalam mendengungkan atau yang idzhar dibaca dengung. Contoh: Pertama. idzhar halqi. (من آمن) nun mati bertemu hamzah, sedangkan idzhar syafawi. (الحمد) mim mati bertemu dal. Bentuk kesalahannya karena didengungkan atau ditahan ketika membacanya. Kedua. Idgham secara umum selain bilaghunnah, (من يعمل) nun mati bertemu ya. Bentuk kesalahannya adalah kurang ditahan atau terburu ketika membacanya. Ketiga. ikhfa' haqiqi. (أأنتم) nun mati bertemu ta, adapun ikhfa' syafawi. (ترميهم بحجارة ) mim mati ketemu ba'. Bentuk kesalahannya adalah kurang ditahan atau terburu ketika membacanya atau mengubah bacaan nun mati dengan bacaan "ng" dan mim mati dibaca idzhar. Keempat, Iqlab, (من بعد) nun mati bertemu ba'. Bentuk kesalahannya adalah kurang ditahan atau terburu ketika membacanya atau menggantikan bacaan nun mati langsung dengan ba'. Kesalahan ini walaupun tergolong dalam al-lahnul khafi namun dapat menghilangkan ruh dari tilawatul qur'an (bacaan al-Qur'an), dan hukumnya makruh bila dilakukannya dengan sengaja dan terus menerus dalam kesalahan yang sama. Dan termasuk kesalahan di sini yang terjadi pada "ال" syamsiyah pada nun mati, contoh: (النّاس), atau nun tasydid dan mim tasydid, contoh: (إنّ)- (أمّ). Bentuk kesalahannya adalah kurang ditahannya suara pada saat membaca "ال" syamsiyah pada nun mati atau nun tasydid dan mim tasydid.
c. Kesalahan pada hurufus sakinah (huruf-huruf sukun) atau tidak berharakat a-i-u dan qalqalah. Bentuk kesalahan yang satu ini boleh dibilang cukup fatal dan tergolong dalam al-lahnul jali yang haram hukumnya bila disengaja dan terus-menerus dalam kesalahan yang sama. Contoh: Pertama, kesalahan melafalkan hurufus sakinah (huruf-huruf sukun) (أنعمت). Bentuk kesalahannya adalah bacaan "an'amta" dibaca "ana'amta". Dan masih banyak lagi contoh yang lain. Kedua, qalqalah secara umum yang terdiri dari (ب ج د ط ق) dan syiddatul qalqalah (terdapat tasydid pada huruf qalqalah), contoh qalqalah: (قل هو الله أحد), dal adalah huruf qalqalah. Bentuk kesalahannya adalah tidak dipantulkan pada saat dibaca sukun (tidak berharakat a-i-u) maupun waqaf (berhenti) tepat pada huruf qalqalah tersebut seperti huruf dal di atas. Adapun contoh syiddatul qalqalah (terdapat tasydid pada huruf qalqalah) adalah: (تبت يدى أبي لهب وتبّ) pada kata "watabba" terdapat tasydid yang seharusnya ditahan sesaat sebelum di pantulkan qalqalahnya, adapun bentuk kesalahannya adalah dibaca seperti qalqalah biasa bahkan lebih parah lagi adalah tidak adanya qalqalah atau dibaca pantul seperti bacaan "watab".
d. Kesalahan pada mad (bacaan panjang). Bentuk kesalahan ini tergolong dalam dua lahn sekaligus berdasarkan pembagian mad (bacaan panjang), bacaan mad (bacaan panjang) terbagi menjadi dua. Pertama mad ashli atau thabi'i (bacaan panjang yang asli), contoh: (بسم الله الرحمن الرحيم) lafadz "Allaah", "al-Rahmaan", dan "al-Rahiim" cukup dibaca dua harakat. Bentuk kesalahannya adalah kurang dari dua harakat atau lebih dari dua harakat, agar terhindar dari kesalahan ini maka caranya dengan diayun suara ketika membaca mad ashli. Kesalahan ini tergolong al-lahnul jali yang haram hukumnya bila disengaja dan terus-menerus. Adapun mad far'i (bacaan panjang yang cabang) selain mad (bacaan panjang) berikut ini yaitu: mad lazim secara umum (lihat buku tajwid) yang hukum bacaannya adalah enam harakat, mad shila qashirah yang dibaca dua harakat maupun thawilah empat harakat, mad badal yang dibaca dua harakat karena ketiga jenis mad (bacaan panjang) ini sangat dianjurkan oleh para ulama untuk dipatuhi hukum bacaannya. Adapun mad 'aridh lissukun yang boleh dibaca dua, empat, bahkan enam. Mad wajib yang dibaca empat boleh dua harakat, mad jaiz yang boleh dibaca dua, empat atau enam harakat, mad layyin (lin) yang boleh dibaca dua, empat atau enam harakat, mad 'iwadh yang seharusnya dibaca dua harakat, dan yang lainnya. Adapun bentuk kesalahannya adalah tidak konsisten dalam membaca masing-masing mad far'i (bacaan panjang yang cabang), sehingga kesalahan ini tergolong al-lahnul khafi sekalipun demikian dapat menghilangkan ruh dari tilawatul qur'an (bacan al-Qur'an), dan hukumnya makruh bila dilakukannya dengan sengaja dan teru menerus. 
WAQAF

Dari sudut bahasa: Berhenti / menahan. Dari sudut istilah tajwid: Menghentikan seketika bacaan secara memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernafas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan.

1. Waqaf Lazim( الوقف اللازم )/ Waqaf Tam( الوقف التام ).
Menghentikan bacaan pada rangkai kata yang sempurna maknanya serta lafaz (dari segi i'rab) dan maksudnya tidak tergantung dengan kata-kata berikutnya. Waqaf ini bertanda:( م )

2. Waqaf Ja'iz (Berhenti Harus) الوقف الجائز . Bacaan diharuskan berhenti atau sambung. Kedudukan hukum bahagian ini kadangkala sama (berhenti atau sambung), kadangkala sambung lebih baik dari berhenti dan kadangkala berhenti lebih baik dari sambung (iaitu menghentikan bacaan pada rangkai kata yang tidak merosakkan maknanya).

3. Waqaf Kafi( الوقف الكافي ).
Bacaan harus diberhentikan atau disambung malah berhenti lebih baik dari sambung. Ia dinamakan demikian kerana lafaznya sempurna dan tidak bergantung dengan lafaz selepasnya. Tandanya( قلي ).

4. Waqaf Tasawi( وقف التساوي ).
Kedudukan hukum bacaan tersebut ketika berhenti dan sambung adalah sama. Tandanya:( ج ).

5. Waqaf Hasan( الوقف الحسن ).
Bacaan yang diharuskan berhenti atau sambung malah sambung adalah lebih baik dari berhenti. Ia dinamakan demikian kerana memberhentikan bacaan padanya adalah lebih baik. Tandanya( صلي ).

Secara bahasa waqof artinya terhenti/tertahan. Menurut istilah ilmu tajwid, waqof maksudnya memutuskan suara pembacaan atas suatu kalimat untuk menarik napas, dengan berniat untuk mengulangi bacaannya atau memang berwaqof di tempat yang pantas.
Dalam setiap mushaf menampilkan tanda-tanda waqof yang berbeda. Oleh karena itu, dalam makalah ini hanya akan dibahas tanda-tanda waqof yang dipergunakan pada mushaf Qur’an Saudi saja. Tanda-tanda waqof pada mushaf ini terdapat pada halaman-halaman terakhir mushaf.

TAJWID

Idgham, yaitu:
Menurut bahasa, berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu.
Menurut istilah tajwid, memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat, sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid.
Idgham terbagi 2, yaitu: Idgham Bighunnah (disertai dengung) dan Idgham Bila Ghunnah (tanpa dengung).
Catatan: Idgham tidak terjadi kecuali dari 2 kata.
Huruf idgham ada 6, yaitu yang tergabung dalam kalimat: Fathatain

Petunjuk: Pilih & Klik Diagram dengan Latar Belakang Warna Kuning !

Nun & Tanwin Idgham Nun & Tanwin Nun & Tanwin Iqlab Nun & Tanwin Izhar Nun & Tanwin Ikhfa' Haqiqi Nun & Tanwin Idgham Bighunnah Nun & Tanwin Idgham Bila Ghunnah
Cetak
Cetak


Isi Buku Tamu GHUNNAH
Ghunnah artinya mendengung. Hal ini berarti bahwa setiap ada huruf Nun atau Mim yang bertasydid maka hukum bacaannya dinamakan Ghunnah.
Contoh:
اِ نَّ ثُمَّ اِ نَّمَا فَلَمَّا
HUKUM NUN SUKUN/TANWIN
Perbedaan Nun sukun atau Tanwin adalah sama dalam lafadz tetapi lain dalam tulisan. Adapun hukum Nun sukun atau Tanwin dibagi menjadi 6 macam, antara lain:
Idghom Bighunnah
Idghom : memasukkan
Bighunnah : dengan mendengung
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 4 huruf, antara lain:ي ن م و atau biasa di singkat dengan bunyi يَنْمُوْ
Contoh:
مَنْ يَقُوْ لُ ( نْ- ي ) فَلَنْ نَِّزيْدَ كُمْ ( نْ- ن )
فَتْحًا مُبِيْنًا ( _ً – م) مِنْ وَّرَائِهِمْ ( نْ- و )
Idghom Bilaghunnah
Idghom : memasukkan
Bilaghunnah : dengan tanpa mendengung
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 2 huruf, antara lain: ل dan ر
Contoh:
مِنْ لَدُ نْكَ ( نْ- ل ) غَفُوْرٌرَحِيْمٌ ( _ٌ – ر)
Idzhar
Idzhar berarti: jelas atau terang
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 6 huruf, antara lain: ﻫ أ ح خ ع غ
Contoh:
كُفُوًا اَحَدٌ ( _ً – ا) مِنْ حَيْثُ ( نْ – ح ) مَنْ خَفَّتْ ( نْ – خ )
خُلُقٍ عَظِيْمٍ ( ٍ – ع ) قَوْ مًا غَيْرَ كُمْ ( _ً -غ) لَكُمُ اْلاَ نْهَا َر ( نْ – ﻫ )
Iqlab
Iqlab berarti:
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan satu huruf dari huruf hijaiyyah yaitu: ب
Contoh:
مَنْ بَخِلَ ( نْ – ب ) عَوَا نٌ بَيْنَ ( _ٌ – ب)
Ikhfa’
Ikhfa’ berarti: samar-samar
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 15 huruf, antara lain:
ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك
Contoh:
مِنْ تَحْتِهَا ( نْ – ت ) مَاءً ثَجَا جًا ( _ً – ث) اَنْجَيْنَا كُمْ ( نْ – ج )
قِنْوَانٌ دَانِيَةٍ ( _ٌ – د) مَنْ ذَالَّذِ يْ ( نْ – ذ) يَوْمَئِذٍ زُرْقًا ( ٍ – ز )
اِنَّ اْلاِ نْسَا نَ ( نْ – س ) عَذَا بٌ شَدِ يْدٌ ( _ٌ – ش) قَوْ مًا صَا لِحِيْنَ ( _ً – ص)
مُسْفِرَ ةٌ ضَا حِكَةٌ ( _ٌ – ض) وَمَا يَنْطِقُ ( نْ – ط) عَنْ ظُهُوْرِهِمْ ( نْ – ظ)
عُمْيٌ فَهُمْ ( _ٌ – ف) رِزْقًا قَا لُوْا ( _ً – ق) مَنْ كَا نَ يَرْجُوْا ( نْ – ك)
HUKUM MIM SUKUN
Hukum Mim sukun dibagi menjadi 3 macam, antara lain:
Idghom Mitsli (Idghom Mimi)
Artinya: apabila ada Mim sukun bertemu dengan Mim
Contoh:
كُنْتُمْ مُسْلِمِيْنَ ( مْ – م )
Ikhfa’ Syafawi
Artinya: apabila ada Mim sukun bertemu dengan Ba’
Contoh:
تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ ( مْ – ب )
Idzhar Syafawi
Artinya: apabila ada Mim sukun bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain Mim dan Ba’
Contoh:
هُمْ نَا ئِمُوْنَ ( مْ – ن ) اَمْ لَمْ تُنْدِ رْ هُمْ ( مْ – ت )
الخ ……..
HUKUM IDGHOM
Hukum Idghom dibagi menjadi 3 macam, antara lain:
Idghom Mutamatsilain
Artinya: jika ada huruf yang sama, yang pertama sukun dan yang kedua hidup.
Contoh:
اِضْرِ بْ بِعَصَا كَ ( بْ – بِ )
Idghom Mutajanisain
Dinamakan Idghom Mutajanisain jika TA sukun bertemu THA, THA sukun bertemu TA, TA sukun bertemu DAL, DAL sukun bertemu TA, LAM sukun bertemu RA, DZAL sukun bertemu ZHA.
Contoh:
(تْ- ط ) قَالَتْ طَا ئِفَة ٌ ( طْ- ت ) لَئِنْ بَسَطْتَ ( تْ- د ) اَثْقَلَتْ دَ عَوَا
( دْ- ت ) قَدْ تَبَيَّنَ ( لْ- ر ) قُلْ رَبِّ ( ذْ- ظ ) اِذْ ظَلَمُوْا
Idghom Mutaqorribain
Dinamakan Idghom Mutaqorribain jika TSA sukun bertemu DZAL, QAF sukun bertemu KAF, BA sukun bertemu MIM.
Contoh:
( ثْ- ذ ) يَلْهَثْ ذ لِكَ ( قْ- ك ) اَلَمْ نَخْلُقْكُمْ ( بْ- م ) يبُنَيَّ ارْ كَبْ مَعَنَا
QALQALAH
Qalqalah artinya memantul. Huruf Qalqalah ada lima, antara lain:
ق ط ب ج د biasa disingkat dengan bunyi قَطْبُ جَدٍّ
Contoh:
ق- يَقْرَ أُ ط- يَطْهَرُ ب- يَبْخَلُ ج- يَجْعَلُ د- يَدْ خُلُ
Qalqalah dibagi dua:
Qalqalah Sughra
Adalah: huruf Qalqalah yang matinya asli, sebagaimana contoh diatas.
Qalqalah Kubra
Adalah: huruf Qalqalah yang matinya disebabkan waqaf.
Contoh:
خَلَقَ dibaca خَلَقْ اَحَدٌ dibaca اَحَدْ
LAFADZ ALLAH
Hukum lafadz Allah dibagi dua, yaitu:
Dibaca tafkhim, jika lafadz Allah didahului harakat fathah atau dhummah.
Contoh:
وَاللهُ نَصْرُ اللهِ
Dibaca tarqiq, jika lafadz Allah didahului harakat kasroh.
Contoh:
بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمنِ ا لرَّ حِيْمِ
HURUF SYAMSIYAH DAN QAMARIYAH
Huruf Syamsiyah dan huruf Qamariyah jumlahnya sama yaitu masing-masing ada 14 huruf.
Huruf Syamsiyah: jika ada ال bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 14, antara lain:
ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ل ن
Contoh:
وَالتِّيْنِ اَلدُّ نْيَا وَالشَّمْسِ النِّعْمَةِ
الخ……
Huruf Qamariyah: jika ada ال bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 14, antara lain:
ب ج ح خ ع غ ف ق ك م و ﻫ ء ي
Contoh:
اَلْجُمُعَةُ اَلْخَيْرُ اَلْفِيْلُ اَلْكَبِيْرُ
الخ……
IDZHAR WAJIB
Dinamakan Idzhar Wajib, jika ada Nun sukun atau Tanwin bertemu huruf YA atau WAWU dalam satu kalimat. Cara membacanya: terang atau jelas. Namun, didalam Al-Qur’an bacaan Idzhar Wajib ini hanya ada 4, yaitu:
اَلدُّ نْيَا بُنْيَانٌ صِنْوَانٌ قِنْوَانٌ
HUKUM RA’
Hukum Ro’ ada dua:
Ro’ yang dibaca Tafkhim
Ciri-ciri:
Ro’ fathah, Ro’ fathah tanwin.
Ro’ dhummah, Ro’ dhummah tanwin.
Ro’ sukun didahului fathah atau dhummah.
Ro’ sukun didahului kasrah ada hamzah washal.
Ro’ sukun didahului kasrah bertemu huruf isti’la’.
Contoh:
a) رَ- رًا رَبَّنَا خَيْرًا
b) رُ- رٌ رُوَيْدًا كَبِيْرٌ
c) _َ _ُ _ْ اَرْ سَلَ قُرْ ا نٌ
d) _ِ ا رْ اَ مِرْ تَا بُوْا اِ رْ جِعُوْ ا
e) _ِ رْ – خ ص ض ط ظ غ ق مِرْ صَا دٌ قِرْ طَا سٌ
Ro’ yang dibaca Tarqiq
Ciri-ciri:
a) Ro’ kasrah, Ro’ kasrah tanwin.
b) Ro’ sukun didahului kasrah.
c) Ro’ hidup didahului Ya’ dibaca waqaf.
Contoh:
a) رِ- رٍ رِجْسٌ خُسْرٍ
b) _ِ رْ فِرْ عَوْ نَ فَكَبِّرْ
c) _َِ ي ُِ ر ٌٍ خَيْرٌ بَصِيْرٍ
HUKUM MAD
Hukum Mad dibagi dua:
Mad Thabii
Yang dinamakan dengan mad Thabi’i, adalah: jika fathah diikuti ALIF, kasrah diikuti YA, dhummah diikuti WAWU. Panjang bacaannya: satu alif (dua harakat)
Contoh:
دَا – دِيْ – دُوْ نُوْ حِيْهَا
Mad Far’i
Mad Far’i dibagi menjadi 13, antara lain:
Mad wajib muttashil
ialah: Mad Thabii bertemu hamzah dalam satu kalimat. panjang bacaannya: 2,5 alif (5 harakat).
Contoh:
جَاءَ لِقَاءَ نَا نِدَاءً
Mad jaiz munfashil
ialah: Mad Thabii bertemu hamzah (bentuknya huruf alif) di lain kalimat. Panjang bacaannya: 2,5 alif (5 harakat).
Contoh:
اِنَّا اَعْطَيْنَا اِنَّا اَ نْزَلْنَا
Mad ‘aridh lissukun
ialah: Mad Thabii bertemu huruf hidup dibaca waqaf. Panjang bacaannya: 3 alif (6 harakat).
Contoh:
اَبُوْكَ = اَبُوْكْ عِقَا بِ = عِقَا بْ
Mad ‘iwadh
ialah: jika ada fathah tanwin yang dibaca waqaf, selain TA’ marbuthah. Panjang bacaannya: 1 alif (2 harakat).
Contoh:
عَلِيْمًا = عَلِيْمَا
Mad shilah
ialah: setiap dhomir HU dan HI apabila didahului huruf hidup. Mad shilah dibagi dua, yaitu: Mad shilah qashirah dan Mad shilah thawilah. Yang dinamakan Mad shilah thawilah, adalah Mad shilah qashirah bertemu huruf hamzah (bentuknya alif).
Panjang bacaan Mad shilah qashirah: 1 alif (2 harakat).
Contoh:
لَه‘- بِه
Panjang bacaan Mad shilah thawilah: 2,5 alif (5 harakat).
Contoh:
اَنَّ مَا لَه اَخْلَدَه
Mad badal
ialah: setiap Aa, Ii, Uu yang dibaca panjang. Panjang bacaannya: 1 alif (2 harakat).
Contoh:
امَنُوْا اِيْتُوْ نِيْ اُوْ تِيَ
Mad tamkin
ialah: YA kasrah bertasydid bertemu YA sukun. Panjang bacaannya: 1 alif (2 harakat).
Contoh:
اُمِّيِّيْنَ حُيِّيْتُمْ نَبِيِّنَ
Mad lin
ialah: fathah diikuti WAWU atau YA sukun bertemu huruf hidup dibaca waqaf. Panjang bacaannya: 3 alif (6 harakat).
Contoh:
خَوْ فٌ = خَوْفْ اِلَيْهِ = اِلَيْهْ
Mad lazim mutsaqqal kalimi
ialah: Mad Thabii bertemu tasydid. Panjang bacaannya: 3 alif (6 harakat).
Contoh:
وَ لاَ الضَا لِّيْنَ
Mad lazim mukhaffaf kalimi
ialah: Mad badal bertemu sukun. Panjang bacaannya: 3 alif (6 harakat).
Contoh:
ا لاْنَ
Mad lazim musyabba’ harfi
ialah: huruf hijaiyyah yang dibaca panjangnya 3 alif (6 harakat). Jumlah hurufnya ada 8, yaitu:
ن ق ص ع س ل ك م
Contoh:
ن ق ص ا لمّ ا لمّص
Mad lazim mukhaffaf harfi
ialah: huruf hijaiyyah yang dibaca panjangnya 1 alif (2 harakat). Jumlah hurufnya ada 5, yaitu:
ح ي ط ﻫ ر
Contoh:
طه يس عسق كهيعص ا لمّر
Mad farq
ialah: Mad badal bertemu tasydid. Panjang bacaannya: 3 alif (6 harakat).
Contoh:
قُلْ اْلا لله

Hubungi Webmaster Melalui Email
HUBUNGI WEBMASTER


Lihat Buku Tamu
LIHAT BUKU TAMU

Rabu, 28 Juli 2010

MAKHROJUL KHURUF

MAKHARIJUL HURUF

image
Prinsip yang kedua ini terdiri dari
1. Makharijul Huruf, yaitu tempat keluarnya bunyi huruf Hijaiyah
2. Sifatul Huruf, yaitu sifat-sifat pengucapan huruf Hijaiyah
********************************************************
1. Makharijul Huruf

image
image


image
image
image
image
image
image
image


Sebenarnya makharijul huruf adalah hal pertama yang harus dipelajari dalam pembelajaran membaca al-qur’an dengan baik dan benar.
1. alif: seperti membaca huruf ’a', ‘i’, ‘u’ biasa.
2. ba: cara membaca huruf ini sama seperti huruf ‘b’.
3. ta: huruf ini dibaca sedikit berbeda dengan huruf ‘t’ karena ketika huruf ini dibaca ada nafas yang keluar atau sedikit terdengar seperti gabungan huruf ‘tc’.huruf ini keluar dari pertemuan ujung lidah dengan gigi seri atas.
4. tsa: tempat keluar huruf ini adalah ujung lidah dengan keempat gigi seri (gigi atas bawah dirapatkan). huruf ini juga ada nafas yang keluar.(lupa bahasa aslinya apa)
5. ja: cara membacanya seperti huruf ‘j’ biasa.
6. ha(tipis): huruf ha setelah ‘ja’ ini berasal dari tenggorokan bagian tengah. jadi huruf ini dibaca tipis seperti orang yang sedang asma.
7. kha: huruf ini bersumber dari tenggorokan bagian teratas atau sekitar pangkal lidah.
8. da: huruf hijaiyah ini dibaca seperti huruf ’d’ pada huruf latin.
9. dza: tempat keluar huruf ini adalah ujung lidah bertemu dengan gigi seri bagian atas dengan sedikit penekanan. tapi penekanan di sini tidak memantul.
10. ra: cara baca yang sama seperti huruf ‘r’ biasa.
11. za: huruf ‘z’, seperti huruf latin inilah hijaiyah ini dibaca.
12. sa: huruf latin yang dipakai untuk huruf ini adalah huruf ‘s’.
13. sya: tempat keluar huruf ini adalah pada bagian tengah dari lidah dan menempel pada langit-langit lidah. jadi ketika huruf hijaiya ini dibaca akan terasa ada huruf ‘y’ latin.
14. sha: sumber dari huruf ini adalah lidah bagian tengah bertemu dengan langit-langit mulut dan seperti tulisannya ada huruf ‘h’, maka ada rasa sedikit ‘h’ ketika membaca huruf ini. kalau saya rasakan, huruf ini ketika dibaca, ujung lidah akan menempel pada ujung gigi seri bawah.

Di Susun oleh ; MA'RIFI LAILIS . S
                          DUWI NUR ROIS 
                          CHOIRUL ANAM
                           REZA NUR
                           SATRIO ARI . W
KELOMPOK 5  
KELAS  X-5